June 13, 2016

Blessed

"Banyak orang akan berusaha menjatuhkan kepercayaan dirimu, meragukan ucapanmu, menganggapmu gila. Tidak akan mudah, Zarah. Yang paling sulit dari semua itu adalah percaya kepada dirimu sendiri, percaya bahwa kamu tidak gila."
Partikel - Dewi Lestari

Aku tak percaya saat sahabat dekatku memprediksikan bahwa aku akan menangis ketika membaca novel Partikel karya Dewi Lestari. Ternyata benar adanya, aku tak henti-hentinya menyeka air mata saat membaca kisah Zarah dan ayahnya, Firas.

Saat kau sangat dekat dengan seseorang yang kini tak lagi bersamamu dan saat hatimu belum sepenuhnya melepaskan, maka saat itulah segala sesuatu yang membuatmu mengenangnya akan terasa sangat menyakitkan.

Novel tersebut berhasil membangkitkan kenangan akan bapakku yang kini bersama-Nya. Kenangan yang setahun belakang ini berebut untuk dikenang lebih dulu, entah itu senang, entah itu sedih.

Betapa beruntungnya aku dibesarkan oleh seorang bapak yang sangat logis, open minded, dan demokratis. Bapak yang gemar sekali bercerita, cerita apapun itu tentang dunia, tentang ayam berkokok, tentang lagu nasional Jepang yang sampai sekarang belum pernah kudengar secara utuh.

Tanpamu, mungkin aku tidak akan menjadi aku yang sekarang. Aku yang percaya pada diriku sendiri karena kau begitu mempercayaiku.

Terima kasih, Pak. Yang kau tinggalkan bukanlah sesuatu yang berwujud, melainkan sesuatu tak berwujud bernama R A S I O N A L I T A S, sesuatu yang jarang kutemui pada banyak orang.

June 6, 2016

Kejutan-Mu

Mungkin aku sedikit lelah dengan segala perencanaan dalam hidupku. Kubiarkan diriku menerima kejutan-Mu, wahai Engkau Maha Tahu Segala, Maha Pemberi Saat Tak Terduga.

Saat aku ingin istirahat sejenak dari pekerjaan, rasanya aku ingin marah ketika pengajuan cutiku ke Jogja tak kunjung di-approve atasan. Namun secara tak terduga, Kau memberikanku pekerjaan ke Padang yang didalamnya terkandung "liburan" tak terduga.

Sesampainya di Padang, kudapati koper kesayanganku rusak parah tertimpa bagasi lain. Aku tidak marah, aku tidak kesal, dan aku tak ingat apa yang kurasakan saat itu. Pikiran yang terlintas hanya "ohh rusak, yaudah nanti beli lagi".

Tak berhenti disitu, hari kedua di Padang Kau kejutkan aku dengan gempa bumi. Aku sudah biasa dengan gempa bumi ketika kuliah di Jogja dulu. Tapi tak pernah kurasakan gempa bumi dengan kekuatan 6,5 SR. Namanya manusia, ternyata aku masih takut mati. Barulah kurasakan apa yang paling berharga dalam hidupku ketika aku lari keluar dari kamarku melalui tangga darurat.

Aku tak bermaksud menantang, tapi rupanya Kau benar-benar mengejutkanku. Hari terakhir di Padang, saat aku tengah jalan-jalan seorang diri, ada seorang kakek yang menawarkan dirinya menemaniku. Sampai pada akhirnya berpisah, si kakek berkata "saya mau ikut kamu sejauh-jauhnya, karena saya tidak punya teman". Aku berkata dalam hati pada kakek itu "jangan pernah merasa kesepian, karena Tuhan selalu bersama kita, sadar atau tidak". Ternyata kata-kata itu bukan untuk si kakek, melainkan untuk diriku sendiri.

Wahai Engkau Maha Tahu Segala, Maha Pemberi Saat Tak Terduga, rupanya Kau mengajarkanku secara tidak langsung untuk tidak marah, untuk tidak kecewa, untuk tidak takut, untuk tidak merasa kesepian berpisah dengan ia yang kukira belahan jiwa.

Matur Sembah Suwun Gusti