October 8, 2013

Backpacker Singapura - Malaysia : Day #4 - 16 September 2013 - Kuala Lumpur - Penang

Penang - Eat, Pray, Love..

Perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Penang saya tempuh menggunakan bus selama 5 jam. Bus nya sangat dingin. Saya tidak bisa tidur karena kedinginan. Tiba pukul 05.00 di Terminal Bus Sungai Nibong Penang jelas masih gelap gulita. Saya memutuskan untuk ke mushola perempuan di lantai 2 terminal, menghangatkan tubuh, tidur-tiduran (banyak juga yang tidur-tiduran di mushola), charge handphone, dan berdoa supaya perjalanan hari ini dilancarkan.

Saya sempatkan mandi dulu (gratis) di terminal Sungai Nibong, siapa tahu nanti di hostel belum boleh pakai toilet. Kamar mandi shower letaknya ada di dalam tandas (toilet). Selesai mandi, sekitar pukul 07.00 loket bus sudah buka, 2 sahabat saya membeli tiket bus untuk esok hari dari Penang ke Singapura. Di terminal Sungai Nibong juga banyak calo tapi masih wajar. Saya lupa nama busnya tapi harganya RM 55 berangkat pukul 22.00 malam (catatan: Penang - Singapura ditempuh dalam waktu 12 jam).


 

Loh kok saya tidak beli juga? Jadi ceritanya sebelum sahabat saya memutuskan untuk ikut trip ini, saya sudah beli tiket AA Penang - KL promo seharga RM 36 (sama dengan harga bus Penang - KL). Loh kok balik lagi ke KL? Pertimbangannya kalau saya naik bus langsung Penang - Singapura, lebih murah memang, tapi perjalanan selama 12 jam bisa bikin badan saya gempor. Kalau saya transit di KL kan bisa istirahat dulu. Nanti dari KL naik bus ke Singapura kurang lebih 5 jam perjalanan. Lalu kenapa tidak beli tiket pesawat langsung Penang - Singapura? Jawabannya satu. Mahal.

Selanjutnya, kami keluar dari terminal (kali ini saya bertanya pada seorang mahasiswa dimana letak halte bus menuju Komtar). Kata si mahasiswa, semua bus yang lewat Sungai Nibong akan melewati Komtar. 15 menit menunggu, kami naik bus Rapid Penang No. 303 menuju Komtar dengan membayar RM 2. Turun di Komtar saya bingung mau ke Muntri Street Georgetown. Saya tanya sopir bus yang kebetulan ngetem. Si sopir menyarankan saya untuk naik bus di tempat tadi saya turun dan bilang minta diturunkan di Masjid Kapitan Keling. Nanti dari situ tinggal jalan kaki. Andai saya tau, saya tidak perlu turun bus 303 tadi. Okelah, naik bus dengan membayar RM 1,3 sampailah kami di Masjid Kapitan Keling. Berbekal peta dari google map lagi-lagi tanpa kesasar dengan kece nya saya sampai di penginapan kami di Muntri House. Selanjutnya check in dan menitipkan tas karena kamar belum siap. Sekedar informasi, saya memutuskan untuk pergi ke Penang 2 minggu sebelum keberangkatan. Dadakan ceritanya, jadi informasi yang saya dapatkan tidak banyak. Terutama masalah transportasi disekitar Georgetown.

Sudah siang sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Tadinya kami mau ke Kek Lok Si Temple tapi takut waktunya tidak keburu akhirnya kami batalkan. Kami makan siang dulu di Nasi Kandar India. Saya serasa makan nasi bumbu menyan. Hehehe.

Sarapan ala Indiahe..Hehehe

Selanjutnya kami ingin ke pantai Batu Ferringhi. Menunggu bus No. 101 di halte bus dekat penginapan. Ditunggu agak lama bus tak kunjung lewat. Saya curiga menunggu di halte yang salah. Selagi menunggu muncul lah CAT FREE BUS. Oh iya saya ingat ada shuttle bus gratis di Penang. Kamipun naik sambil lihat-lihat pemandangan Georgetown. Menurut saya Georgetown sangat luas untuk di kelilingi dengan berjalan kaki. Berada di Georgetown membuat saya serasa hidup di masa lampau.

Tragedi lagi muncul. BANYAK COPET DI CAT FREE BUS!!! perhatian bagi yang ingin ke Penang, Penang bukan tempat yang aman. Waspadalah. Kejadian bermula ketika seorang kakek dengan memakai bahasa mandarin teriak-teriak di dalam bus. Jelas saya tak paham, tapi dari gesture nya saya menangkap bahwa si kakek sadar ia akan dicopet. Gila nya lagi, terduga copet malah memukul sambil memaki si kakek. Tidak ada yang menolong pula #kasian. Akhirnya semua penumpang panik dan langsung keluar dari bus. Kebetulan lagi CAT Free Bus tersebut berhenti di pemberhentian terakhir yaitu terminal Jetty.

Diliputi perasaan deg-degan dan masih clueless bahwa para pencopet tersebut sudah pergi, dengan polosnya kami naik lagi CAT Free Bus yang paling depan (urutan naiknya sama dengan bus GO KL Free). Duduklah kami di bagian paling belakang. Tak disangka tak dinyana. Ketika bus terisi beberapa penumpang, gerombolan copet tadi naik lagi. Kebetulan juga saya masih ingat muka-mukanya. KAMI DIKEPUNG COPET!

Kami saling koordinasi. Si copet sudah saling lirik. YATUHAN. Saya coba hitung dan gerombolan pencopet tersebut ada sekitar 12 orang (lebih banyak dari penumpang). Merasa kalah jumlah hati pun ciut. Pacar sahabat saya yang sotoy lagi-lagi berbuat ulah. Dia mengajak ngobrol salah satu copet yang ternyata adalah orang Jawa. OHMAIGAT. Pakai acara salaman pula. Di situasi seperti ini rasanya ingin menjitaknya. Sepanjang perjalanan yang mencekam dan penuh drama, kami melihat sudah 2 turis bule yang kena copet. Kami pun hanya bisa terpaku karena seorang copet memperingati pacar sahabat saya melalui bahasa tubuh dengan menaruh telunjuknya di bibir yang menandakan kami harus diam.

Rasa ingin turun dan keluar dari bus sudah membuncah. Kesempatan pun datang. Disaat para copet sedang mengepung korban ke tiga di area depan bus, kondisi belakang bus pun steril copet. Disaat bus berhenti dan pintu bus terbuka pula. Dengan kaki seribu kami turun dari bus dan langsung masuk ke dalam toko yang ada. Toko kosmetik. Dengan gugup kami pura-pura tanya ke petugas toko yang menjual produk-produk Sariayu. Setelah bus copet berangkat baru kami sadari bahwa kami turun di KOMTAR. Pas sekali batin saya. Dari Komtar kami memilih naik bus berbayar dan kembali ke penginapan untuk menenangkan diri.

Sesampainya di penginapan ternyata hujan deras sekali. Lagi-lagi momen yang pas. Saya tidur-tiduran menunggu hujan reda dan ternyata tidur siang betulan. Jam 3 sore teman saya membangunkan. Kami pun melanjutkan perjalanan ke pantai Batu Ferringhi. Naik Bus No. 101 RM 1,4 dari sekitar Masjid Kapitan Keling kami menuju Sleeping Buddha atau Wat Chaiya Mangalaram (Reclining Buddha Temple) sebagai pemberhentian pertama. Gratis dan tidak dipungut biaya. Namun karena ini adalah tempat ibadah harus menghormati yang sedang beribadah.

I wish I was in Thailand
Sleeping Buddha
Operating Hours

Di depan Sleeping Buddha ada mobil penjual buah. Saya beli jambu air potong seharga RM 3 (mahal).

Fruit stall nya menarik tapi harga buahnya mahal.

Tepat di depan Sleeping Buddha terdapat Kuil Burma (Burmese Buddhist Temple). Free of entrance juga tapi jangan sampai mengganggu yang sedang beribadah.






Lempar koin dan make a wish
Ternyata di depan kuil Burma juga banyak penjual makanan #seneng. Saya membeli lagi buah potong seharga RM 1. Saya beli semangka dan jambu biji yang dikasih bumbu cabai bubuk. Rasanya unik pedas manis.

Dari Sleeping Buddha kami naik Bus No. 101 lagi dengan membayar RM 1 menuju pantai Batu Ferringhi.

Halte bus di Penang ada yang penampakannya hanya seperti ini
Sekitar 30 menit perjalanan sampailah di pantai Batu Ferringi.


Beachwalk

Jauh lebih bagus pantai di Pulau Seribu

Kalau kata anak jaman sekarang "Cabe-cabean"nya Penang

Stalking..Hehehe

Batu Feringhi Beach

I'm craving it for myself

Selesai mantai kami ingin ke Gurney Drive, pusat kulinernya Penang. Kami mampir minimarket dulu yang berada di depan pantai, saya membeli pepsi seharga RM 1,8 sekaligus bertanya ke kasirnya perihal Gurney Drive. Kasirnya menjelaskan bahwa ada 2 jenis food stands di Gurney Drive, chinese dan muslim. Kedua food stand tersebut menjual jenis makanan yang sama. Tetapi yang satu mengandung pork dan yang satunya lagi halal.

Kami naik Bus No. 101 lagi dan membayar RM 1,4, tetapi di tengah perjalanan kami melihat ada Masjid Terapung. Kami turun dan mampir untuk foto-foto didepannya (kostum pantai tidak cocok untuk masuk ke dalam masjid). Di depan masjid banyak penjual makanan juga. Saya membeli steamboat bakar seharga RM 1. Rasa bumbunya unik dan jauh lebih enak dari steamboat yang saya makan di Chinatown KL. Saya tidak jajan kenyang-kenyang karena setelah ini mau makan lagi di Gurney Drive.

Masjid Terapung di atas laut yang sedang surut

Letter to God

Satey Ikan, RM 1 untuk 4 tusuk, rasanya mirip pempek bakar dan sausnya mirip selai stroberi tapi pedas

Steamboat bakar RM 1 per tusuk. Rasa sausnya unik. Penjualnya cantik ya mirip Siti. #BukaSitikJos

Masjid Terapung, Penang

Dari depan Masjid Terapung kami menunggu lagi Bus No. 101, membayar RM 1,4, dan minta di turunkan di Gurney Drive.

Pemandangan menunggu bus di depan Masjid Terapung, mirip diluar negeri ya, iya.
Saya tidak tahu nama haltenya kami turun di perempatan besar, tapi dari situ tinggal jalan kaki ke Gurney Drive. Tempat makan terbuka pinggir pantai yang mirip dengan Ancol.

Welcome to Gurney Drive

I wish I was not in Ancol

Anjung Gurney or Gurney Drive

Open Area

Beautiful Sky

Kami putari semua food stall dulu, setelah itu baru kami pesan. Menu pertama kami pesan Char Kway Teow yang antriannya paling panjang (dengan harapan rasanya paling enak). Selesai pesan dan mengambil makanan (self service) saya menuju ke meja yang sudah diduduki pacarnya sahabat saya. Mungkin tuhan sayang sama saya karena hari ini saya hampir di copet #hubungannya?. Ketika saya ingin duduk, disaat yang bersamaan pula seseorang ingin duduk di depan saya, kami saling pandang dan senyum pun terkembang di bibir kami masing-masing, seseorang itu adalah si lelaki Jepang yang saya temui di Melaka beberapa hari yang lalu.

Kalau saya tidak mengalami tragedi di Bala's Bencana Place Melaka, kalau saya tidak dipindahkan ke Sama-Sama Guesthouse, kalau saya tidak SKSD ke salah satu perempuan Jepang untuk bergabung ke Jonker Night Market, kalau staff guesthouse tidak mengenalkan kami ke si lelaki Jepang, kalau saya tidak ke Gurney Drive, mungkinkah saya akan mengenalinya? Apakah ini kebetulan? Kalau kata iklan cornetto #Pembelaan.

Antrian Char Kway Teow
 
The well-known Rojak Pasembur Penang
Hasil perburuan kami. Searah jarum jam. Char Kway Teow (RM 5), Rojak Pasembur (RM 5), Oh Kuih (RM 4,5), Laksa Asam Penang (RM 3,5)

Saya katakan ke si lelaki Jepang untuk makan bersama kami. Saya dan sahabat pesan Rojak Pasembur yang tersohor itu, Oh Kuih, dan Laksa Asam Penang. Karena sharing, untuk ke - 4 jenis makanan tersebut kami bertiga hanya membayar RM 6 per orang. Kami minum air tebu seharga RM 2. Sedangkan si lelaki Jepang makan Char Kway Teow.

Review makanan: Char Kway Teow rasanya enak sesuai dengan harganya. Rojak Pasembur kami pesan yang biasa harganya RM 5 (kalau mau pilih sendiri gorengannya harganya akan berbeda). Rojak Pasembur isinya potongan bakwan udang, gorengan tepung rasa ikan, tahu, dan remahan gorengan, diberi sayuran kemudian disiram kuah berwarna merah. Kuahnya terlalu manis menurut saya. Oh Kuih semacam steam tepung beras yang ditengahnya ada potongan seafood kering. 1 potong Oh Kuih kecil saja sudah cukup karena kalau makan banyak akan terasa amis dan enek. Dari semua makanan yang kami pesan saya paling tidak suka Laksa Asam Penang. Judulnya saja sudah asam. Jangan ditanya rasanya seperti apa. After taste yang ditimbulkan setelah memakan Laksa Asam Penang adalah pahit di pangkal lidah, sungguh tidak enak. Diantara kami pun tak ada yang suka Laksa Asam Penang. Untuk menghabiskannya alhasil kami sepakat tiap orang makan sebanyak 3 sendok (termasuk si lelaki Jepang kami minta membantu). Saya tidak sampai 3 sendok sudah mau muntah, give up.

Sambil makan, saya gunakan kesempatan untuk ngobrol dengan si lelaki Jepang. Saya agak senang bertemu kembali dengannya secara tak terduga (hal yang umum terjadi diantara para backpacker untuk bertemu kembali ketika kami memiliki tujuan dan waktu yang sama). Kali ini saya tanya lebih dalam. Usianya lebih muda dari saya, tapi sangat dewasa dan sangat pintar. Ah, saya mulai tertarik sepertinya. Ternyata hari ini dia pun baru sampai di Penang, jalan-jalan dengan rute yang sama dengan kami hari ini.

Sering terjadi miskomunikasi karena bahasa Inggris yang seadanya. Saya mengajak si lelaki Jepang untuk jalan bersama esok hari. Saya ingin ke Keh Lok Si Temple. Ternyata yang dia tangkap adalah salah satu temple di Georgetown. Malas menjelaskan saya pun mengiyakan untuk bertemu di sebuah Kuil di Georgetown jam 9 pagi (ngikutin gebetan saja).

Selesai makan kami pun kembali ke penginapan yang kebetulan sama-sama di kawasan George Town. Naik Bus No. 101 lagi seharga RM 1,4. Saya dan teman-teman akan turun di Masjid Kapitan Keling. Si lelaki Jepang seharusnya lebih dulu turun dari kami yaitu di Komtar (ia menyebutnya Komutar). Tapi karena terlalu seru ngobrol, teman saya memberi tahu bahwa Komtar baru saja lewat. Saya katakan bahwa ia terlewat dan ia menjawab memang sudah terlewat. "you already know, you have to tell me, it's my fault" kata saya sambil meminta maaf. Si lelaki Jepang hanya tertawa dan berpamitan turun di halte berikutnya. Begitu lah kira-kira pertemuan kembali saya dengan gebetan baru saya yang orang Jepang itu.. #eaaa

Hari ini rute kami adalah Sleeping Buddha - Batu Ferringhi - Masjid Terapung - Gurney Drive dan semua dilalui oleh Bus No. 101. Busnya sangat banyak sehingga tidak terlalu lama untuk menunggunya.

Rincian Biaya Day #4:

Muntri House Penang = RM 18 atau Rp 72.000 (booking di Agoda)
Transport di Penang = RM 11,1 x Rp 3.500 = Rp 38.850
Makan+Minum di Penang = RM 20,8 x Rp 3.500 = Rp 72.800

Total biaya Day #4 = Rp 183.650

No comments:

Post a Comment