October 8, 2013

Backpacker Singapura - Malaysia : Day #7 - 19 September 2013 - Singapura - Jakarta

Time flies too fast. Hari terakhir pun tiba..

Bangun kesiangan pukul 07.00 waktu Singapura. Matahari sudah bersinar dengan cantiknya. Saya langsung bergegas mandi dan siap-siap. Ketika saya sedang siap-siap alias dandan (saya dandan di luar kamar karena sebagian besar penghuni kamar masih tidur dan lampu kamar dimatikan), ada seorang lelaki keturunan Arab yang menyapa saya "You must be from Indonesia and you must be a Javanese". Saya takjub karena ia begitu spesifik dalam mendeskripsikan saya. Saya tanya dari mana ia tahu, katanya ia sudah bekerja selama tujuh tahun di Singapura dan bertemu dengan banyak orang Indonesia. Saya balik tanya dari mana ia berasal, ia jawab India. Ah, saya pikir ia orang Iran. Karena wajah (manis) nya tak seperti orang India yang sering saya lihat di tivi. Saya pun baru tahu kalau hostel di Singapura bisa disewa selayaknya kos-kosan.

Setelah siap-siap, saya menaruh backpack saya di tempat penitipan tas yang berada tepat di sebelah ruang resepsionis. Saya belum check out, karena mau sarapan dulu. Sarapan disini tidak self service karena setiap orang dijatah sebanyak 2 lembar roti panggang, potongan buah-buahan, dan selai yang bisa diambil sendiri. Karena ada 3 macam selai (kacang, strawberry, kiwi), saya ambil saja semuanya. Hehehe. Saya memilih menghabiskan sarapan saya di teras hostel sambil menikmati indahnya suasana.


 

Selesai sarapan saya check out dengan mengembalikan kunci dan uang deposit saya yang sebesar SGD 10 dikembalikan oleh resepsionis. Karena saya dan 2 sahabat saya berbeda kamar, saya kesulitan untuk membangunkan mereka sehingga saya hanya mengirimkan pesan sampai ketemu di Jakarta karena jadwal penerbangan kami yang berbeda.

Review The Sleepy Kiwi Hostel: Saya tidur di kamar female dorm dengan jenis kasur bunk bed (kasur tingkat). Saya merasa beruntung karena kebetulan lagi saya dapat kasur yang di bawah. Kasurnya empuk dan selimutnya tebal, meskipun AC-nya dingin tetap terasa hangat. Kelebihan hostel ini adalah colokan tepat berada di kasur masing-masing sehingga tidak perlu repot bila ingin charge handphone sambil tidur. Sarapannya pun enak dengan pemandangan yang bagus pula. Kelemahannya adalah karena satu kamar sharing dengan 14 orang maka kamar serasa sempit. Selain itu, jumlah kamar mandi yang saya ketahui hanya 2 unit menurut saya tidak proporsional dengan jumlah tamu yang banyak. Kalau tidak mau antri toilet, harus mandi pagi-pagi sekali.

Beautiful View

Beautiful Breakfast

Syariah Neighborhood
The Sleepy Kiwi Hostel

Salah satu teman yang menginap di Hotel Heritage 81 sudah kembali ke Jakarta karena penerbangan pagi dan satu teman lagi sudah check out dan menitipkan tasnya di tempat saya menginap. Kami berdua kemudian jalan-jalan di sekitar hostel. Tidak perlu naik MRT dan cukup jalan kaki saja karena The Sleepy Kiwi berada di Kawasan Kampong Glam.

Welcome to Kampong Glam

Beautiful Neighborhood

Kampong Glam Cafe

Masjid Sultan, Bussorah Street

Children Little Museum, Bussorah Street

Opposite Masjid Sultan, Bussorah Street

Masjid Sultan

Masjid Sultan Gate

Setelah berjalan-jalan disekitar Kampong Glam dan Arab Street kamipun sampai di area anti-mainstream, Hajilane. Hajilane adalah tempat kedua setelah Melaka yang paling saya nantikan dalam perjalanan ini. Save the best for the last kalau kata orang-orang.


Salamlekom Pak Haji..

Will not get lost

Gadis 1001 Malam

I'm watching you!

Gladiator

I'm craving the street alone..

I'll get you..

Chase me if you can..

Dream come true #ThanksGod

Piedra Negra

Tattoo

Bugis Cafe

I'm going to Tokyo, riding a bike, just to meet you

In between

Chic Fever

Shop upstair

No parking, please.

Namaste. Going Om. #Reflection

Vintage Shophouse

No alcohol allowed

Spoilmarket

Post or not to post?

Beautiful Shophouse

Ended up in Bali Lane
Selesai lihat-lihat dan foto-foto I did the girls thing, shops like krezih.. #gaya

Perjalanan kami lanjutkan ke Bugis Street (lagi). Sekitar pukul 12.00 siang kami berpisah (lagi) di Bugis Street karena teman saya harus ke Changi untuk penerbangan pukul 14.30 menuju Jakarta.

Karena saya masih memiliki waktu beberapa jam sebelum jadwal penerbangan, saya mampir lagi ke Vivo City (hari kemarin diburu-diburu waktu sehingga tak sempat masuk toko incaran). Dari Bugis MRT saya menuju Harbourfront MRT yang tepat berada dibawah Vivo City Mall.. Sesampainya di Vivo City, tujuan utama saya adalah Daiso Japan. Toko Jepang yang memberikan harga SGD 2 untuk seluruh barangnya. Lagi-lagi saya kalap membeli skincare.

I wish I was in Japan

Always SGD 2..

Kalap, kakak..

Selesai dari Daiso Japan, saya turun eskalator  dan melihat Cotton On yang sedang sale. Niatnya hanya mampir. Setelah sampai dalam dan melihat uang masih ada, ternyata keluar membawa sesuatu.

Going home happily after found the new one, Black Scull Scarf for SGD5 only

Flat Shoes SGD 5 only
Selesai sudah agenda saya hari ini. Niatnya masih ingin mampir ke Little India tapi saya urungkan. Saya pulang dari Vivo City dengan perasaan super bahagia setelah menemukan scarf baru #nyengirkuda. Karena saldo EZlink habis, dari  Harbourfront MRT Station saya membeli tiket satuan di mesin tujuan Bugis MRT Station seharga SGD 1,7.

Single Ticket

Keluar Bugis MRT, panasnya bukan main. Saya motong jalan melewati mall untuk menuju hostel #ngadem. Setibanya di The Sleepy Kiwi saya mengambil tas dan kembali lagi ke Bugis MRT untuk menuju Changi. Di Bugis MRT Station saya membeli lagi tiket satuan di mesin seharga SGD 2,1 tujuan Changi MRT Station. Sekedar info, saya membayar tarif SGD 2,1 dengan memasukkan SGD 2 sebanyak 2 lembar (total SGD 4). Berkali-berkali uang saya dilepehkan oleh mesin. Kenapa ya batin saya karena tadi beli tiket satuan di Harbourfront MRT lancar-lancar saja. Saya mau tanya orang sekitar sepertinya cuek-cuek #Singaporean. Saya tanya ke petugas katanya "only machine". Baru buka mulut mau jelaskan kalau uang saya dilepehkan sama si mesin, si petugas langsung bilang "only machine". Hopeless sama kelakuan Singaporean. Dengan tenang saya ulangi lagi proses membeli tiket satuan dari awal. Ketika layar mesin mengeluarkan tarif, saya baca dengan seksama petunjuknya. Ternyata untuk tarif SGD 2,1, maksimum uang yang dapat dimasukkan ke mesin adalah kurang dari SGD 4 (pantes uang saya dilepehkan). Setelah memasukkan uang kertas dan logam, si mesin baru mau mengeluarkan tiket. Pelajaran lagi untuk saya bahwa membaca petunjuk itu penting. Hehehe. Beberapa kali saya tersesat karena malas baca petunjuk.

Dari Bugis MRT Station menuju Changi MRT Station saya harus transit di Tanah Merah MRT Station. Ketika itu, tak disangka, tak dinyana, dari sekian banyak kereta, sekian banyak gerbong, sekian banyak orang, alangkah kagetnya saya bertemu dengan 2 sahabat saya di dalam MRT. Saya speechless karena mereka ketinggalan pesawat. Ada-ada saja memang. Kali ini apakah jodoh atau kebetulan? Kalau kata iklan cornetto.

Sahabat saya membeli lagi tiket AirAsia seharga hampir satu juta rupiah untuk jam penerbangan terdekat. Sementara pacarnya karena naik Lion Air masih bisa di reschedule dengan biaya tambahan sekitar SGD 20. Saat itu saya masih memiliki waktu 3 jam sebelum jadwal penerbangan ke Jakarta. Saya ingin memanfaatkan waktu untuk Changibur alias jalan-jalan di Changi.

#AGC (Anak Gaul Changi)

Moving objects

Children Playground

Colorful Cow

Flowers bloom everywhere in Changi

Beautiful Little Garden

Train to City

Skytrain

Boarding Room

Kebetulan masih ada sisa uang, saya belikan saja coklat di Cocoa Tree Changi.


The Cocoa "Klo Kata Orang2 Kudu Banget Beli Di Marih" Trees

Promo, buy 3 get 1 for SGD5,6.. Worth to buy
Tersisa recehan
Benar adanya bahwa Changi sangat luas. Dari departure gate menuju boarding room saya naik skytrain kalau mau cepat. Kalau jalan kaki sekitar 16 menit #yakali. Pukul 17.30 waktu Singapura pesawat membawa saya terbang kembali ke Jakarta. Cuaca diluar mendung dan kelabu. Saya mendengarkan lagu-lagu Adele. Galau. Dan saya teringat si lelaki Jepang..


Pukul 19.00 WIB sudah sampai di Jakarta. Antri imigrasi dan dapat cap imigrasi masuk Indonesia.

Cap imigrasi selama traveling tujuh hari
Tujuh hari yang menyenangkan. Tidak kurang dan tidak lebih. Pas. Saya mendapat banyak pelajaran dari trip ini. Rasanya saya sering panik dan tidak santai dalam mengahadapi kondisi-kondisi tertentu. Lain waktu saya ingin lebih tenang dan woles kalau kata anak jaman sekarang. Hehehe.

Total Biaya Day #7:Transport MRT di SG = SGD 3,8 x Rp 8.250 = Rp 31.350

Total Pengeluaran selama 7 hari:

Day 1: Rp 868.850

Day 2: Rp 305.025
Day 3: Rp 213.500
Day 4: Rp 183.650
Day 5: Rp 386.700
Day 6: Rp 400.900
Day 7: Rp 31.350

Total: Rp 2.390.000 (pembulatan)

Total biaya segitu masih bisa dihemat lagi kok kalau dari Penang ke Singapura tidak naik pesawat dan transit dulu di KL. Biaya tersebut juga tidak termasuk oleh-oleh ya karena sifatnya relatif. Kalau mau dikurangi lagi dengan biaya penerbangan yang harganya bisa beda-beda, berarti saya hanya mengeluarkan 2 juta rupiah saja untuk biaya akomodasi selama 7 hari di Singapura dan Malaysia. Wuihhh..bahkan lebih mahal ketika saya liburan di Bali bulan Maret lalu.


Sekedar info, saya membawa mata uang Singapura sebanyak SGD 86 atau sekitar Rp 709.500 (SGD 86 x Rp 8.250) dan mata uang Malaysia sebanyak RM 500 atau sekitar Rp 1.750.000 (RM 500 x 3500). Untuk SGD hanya tersisa 60 sen untuk kenang-kenangan. Sementara untuk RM sisa 128 dan saya jual kepada teman saya sesuai dengan harga jual money changer #GakMauRugi.

So, kesimpulannya 2 juta bisa keliling Singapura dan Malaysia selama 7 hari. Kapan lagi? GAK NEKAT GAK BERANGKAT..

Salam traveling.

No comments:

Post a Comment