October 3, 2013

Bala's Bencana Place

Tok tok tok, saya ketuk pintu depan Bala’s Place dan keluar lah seorang bapak paruh baya yang hanya memakai singlet dan handuk. “Dari Indon ya, tunggu ya saya mandi dulu habis pulang kerja” kata si bapak dalam bahasa melayu.

Alis saya naik ketika si Bapak bilang Indon, tapi sudahlah akhirnya saya masuk dan duduk di depan meja komputer. Saya manfaatkan waktu yang ada untuk wifi-an dengan handphone (flight mode - wifi on) memberi kabar sana sini dan menanyakan kabar sana sini juga. Saya coba memberi kabar kepada teman saya tapi sepertinya ia pun tak terkoneksi dengan internet. Teman yang baru saya kenal dari forum backpacker dan belum pernah saya temui karena kami tinggal di kota yang berbeda. Kami pun memiliki jadwal penerbangan dan rute yang berbeda untuk sampai di Melaka. Kami janjian pukul 18.00 waktu setempat tapi sampai tiba waktunya ia tak kunjung datang. Saya merasa primitif sekali di negeri orang.


 

Awalnya saya ingin booking sendiri penginapan di Melaka via Agoda. Namun ketika saya tanyakan pada teman saya, ternyata ia sudah membooking sebuah kamar tipe double bed yang nantinya akan ia pakai sendiri. Daripada mubajir, saya pikir saya bisa sharing dengannya. Mengingat ini adalah pengalaman pertama bagi saya, ada rasa takut juga ketika harus tidur sendirian di dorm. Selain itu, harga sharing room hanya beda beberapa ringgit dari kamar dorm. Masih lumayanlah pikir saya.

Sambil melihat-lihat bangunan Bala’s Place yang terlihat seperti rumah kos-kosan di daerah Karang Gayam Jogja. Tak berapa lama si bapak keluar dari kamar mandi dengan handuknya itu. Si bapak masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Saya tak menaruh curiga sedikit pun. Tapi saya sudah merasa tidak nyaman. Si bapak bertanya-tanya pada saya kenapa datang sendiri sedangkan yang membooking belum datang (teman saya maksudnya).

Ngobrol-ngobrol, si bapak bilang kalau ia juga orang Indonesia dan berasal dari Jogja. Sempat senang sedikit bertemu orang dari negeri sendiri, saya katakan pada si bapak bahwa saya kuliah di Jogja. Lalu saya tanyakan si bapak Jogja nya mana, tapi ia tidak menjawab. Si bapak juga bilang kalau ia hanya pekerja yang menunggu Bala’s Place, sementara bos nya sedang pergi keluar kota. Saya mulai curiga.

Ternyata oh ternyata pada hari itu Bala’s Place penuh. Lalu si bapak mengatakan bila teman saya tidak datang, saya bisa tidur dikamarnya dan ia tidur di sofa. Saya mulai takut. Si bapak juga mengatakan bahwa bos nya sudah membookingkan penginapan lain tak jauh dari Bala’s Place dengan tipe kamar dan harga yang sama. Si bapak bilang lagi dari pada saya keluar uang lebih baik saya tidur di kamarnya, soal harga bisa lah diatur sebab bos nya sedang tidak ada. Batin saya, GILA!.

Perasaan galau seketika melanda, antara ingin cepat-cepat angkat kaki dan pergi meninggalkan Bala’s Bencana Place tapi teman saya nanti gimana. Sesama perempuan tentunya saya tak ingin ia mengalami hal yang sama dengan saya. Saya harus berfikir cepat dan dari pada terperangkap bersama orang aneh saya memilih menitipkan tas dan berjalan-jalan keliling Melaka. Saya bilang ke si bapak saya akan kembali lagi pukul 19.00.

Selanjutnya saya berjalan-jalan keliling Melaka menggunakan sepeda. Melihat-lihat semua objek wisata yang sebenarnya jaraknya berdekatan. Sekitar pukul 19.00 saya kembali lagi ke Bala’s Bencana Place. Teman saya masih belum juga datang. Si bapak mengulang lagi perkataannya (kali ini lebih terus terang) kalau teman saya tidak datang saya bisa tidur di kamarnya, saya tidur di atas, si bapak tidur di bawah. WHAT? SAYA KETEMU ORANG GILA! Dia bilang lagi, kalau saya tidur di kamarnya saya tidak perlu keluar uang. Saya katakan, no problem I’ll pay. Saya semakin takut. Teman saya tak kunjung datang juga. Saya berikan lagi waktu satu jam untuk menunggunya dan mengatakan pada si bapak bahwa saya akan kembali pukul 20.00. Waktu itu saya gunakan untuk melihat-lihat Jonker Night Market sambil makan malam. Makan dengan perasaan tak enak.

Pukul 20.00 teman saya masih juga tak menampakkan hidungnya. Sudah malam di negeri orang pula saya harus ambil keputusan (yang sepertinya telat). Saya memutuskan untuk ke penginapan yang katanya sudah dibookingkan untuk kami (kemudian saya menyesal tidak booking sendiri di Agoda). Saya ambil tas yang saya titipkan tadi. Sembari menunggu dijemput staff hostel yang baru, saya duduk di teras bersama si bapak Bala’s Bencana Place. Dia mau mengambil foto saya, jelas saya tidak sudi. Dia tetap mengambil foto saya dan memperlihatkan hasilnya, dia juga mengatakan bahwa dia selalu berfoto bersama semua yang menginap di Bala’s Bencana Place. Dia menyodorkan handphonenya untuk membuktikan, pada saat saya melihat handphonenya, saya memang melihat banyak orang asing. Tapi, yang mengejutkan adalah saya melihat pula banyak foto NAKED WOMEN di handphone nya. DAMN! A@#$%^ batin saya. Saya semakin takut. Ternyata benar dugaan saya.

Tak berapa lama staff hostel baru menjemput saya. Saya ucapkan selamat tinggal kepada si bapak Bala’s Bencana Place dan menitipkan pesan jika teman saya datang untuk menyampaikan bahwa saya pindah ke penginapan baru yaitu Sama-Sama Guesthouse. Sepanjang perjalanan saya ngobrol dengan staff guesthouse, seorang Nepal yang mahir bahasa melayu tapi tidak bisa bahasa Inggris. Saya bertanya apakah si bapak Bala’s Bencana Place itu pemiliknya dan ia mengatakan ya. Tuh kan. Lalu saya tanya lagi apakah si bapak Bala’s Bencana Place itu orang Malaysia dan ia menjawab ya. 100% dugaan saya menjadi kenyataan. A@#$%^.

I didn't recommend you to stay at Bala's Place. Especially for single traveler woman. Terrible owner. Itulah yang saya alami saat itu. Mungkin saya terlalu panik mungkin juga saya terlalu penakut. Kalau saya santai mungkin saja tak akan semenyebalkan saat itu.

No comments:

Post a Comment